HARIAN RAKYAT INDONESIA

Gempa Sukabumi, BMKG : Tidak Memiliki Data Terkait Aktivas Geothermal Salak

 


Sukabumi - BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) memberikan penjelasan mengenai penyebab gempa bumi yang mengguncang wilayah Sukabumi dan Bogor pada 20-21 September 2025. Menurut
Kepala Stasiun Geofisika Kelas III BMKG Sukabumi, Agung Sabtaji, menjelaskan pihaknya masih terus mengkaji sebaran gempa yang tercatat.

“Untuk sementara penyebab gempa masih karena sesar aktif. Belum spesifik sesar apa, karena kami masih mempelajari sebaran gempa tersebut,” ungkapnya, kepada media setelah memberikan pemaparan terkait penyebab gempa terhadap masyarakat warga Kabandungan, di Aula Kecamatan Klapanunggal, Selasa (23/9/2025).

Menurutnya, gempa tersebut disebabkan oleh aktivitas sesar aktif dangkal dengan mekanisme geser atau strike-slip fault.

"Gempa utama berkekuatan magnitudo 4,0 terjadi pada Sabtu, 20 September 2025, pukul 23.47 WIB, dengan titik gempa di kedalaman 7 kilometer di darat, tepatnya di Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. BMKG juga mencatat adanya 39 gempa susulan setelah gempa utama, dengan magnitudo terbesar M 3,8 dan terkecil M 1,9," ungkapnya.

Dampak gempa ini cukup signifikan, dengan getaran terkuat dirasakan di Kalapanunggal dan Kabandungan dengan intensitas III-IV MMI, diikuti oleh Pamijahan dan Leuwiliang dengan intensitas III MMI. Sebanyak 5 rumah di Desa Cipeuteuy, Kecamatan Kabandungan, mengalami kerusakan ringan akibat gempa ini.

BMKG, kata Agung, akan terus memantau aktivitas gempa beberapa hari ke depan sebelum menyampaikan kesimpulan lebih spesifik. “Mungkin dalam beberapa hari ke depan masih kita pantau dulu untuk kehati-hatian,” ucapnya.

Terkait spekulasi sebagian masyarakat yang mengaitkan aktivitas gempa dengan kegiatan pengeboran panas bumi di kawasan Gunung Salak, Agung menegaskan hingga kini tidak ada data yang mendukung anggapan tersebut. 

“Banyak yang mengaitkan kegempaan yang terjadi dengan aktivitas geothermal. Namun kami dari BMKG tidak memiliki data terkait aktivitas geothermal yang dilakukan perusahaan, sehingga tidak bisa menyimpulkan apakah ada kaitannya,” katanya.

“Kalau saya pribadi bukan dari sana, tetapi dari aktivitas tektonik di sekitar pegunungan Halimun-Salak. Untuk sementara kami masih menyimpulkan disebabkan aktivitas sesar aktif,” ujarnya.

Sebelumnya, ramai spekulasi jadi sumber penyebab bencana gempa. Star Energy Geothermal Salak memberikan klarifikasi, menegaskan penyebab bencana gempa bukan dari aktivitas perusahaannya.

Humas Star Energy Geothermal, Asrul Maulana, menegaskan bahwa gempa bumi tersebut merupakan kejadian alam yang dipicu oleh sesar aktif, bukan akibat aktivitas pengeboran panas bumi.

"Kami memahami adanya kekhawatiran masyarakat terkait rangkaian gempabumi yang terjadi di wilayah Bogor–Sukabumi pada 20–21 September 2025, yang dikaitkan dengan aktivitas operasional di Lapangan Salak.

Berdasarkan informasi resmi dari BMKG, gempa tersebut merupakan kejadian alam berupa aktivitas tektonik dangkal dan tidak terkait dengan aktivitas vulkanik maupun kegiatan manusia," ucap Humas SEGS, Asrul Maulana.

Menurutnya, operasi panas bumi di Lapangan Salak berjalan normal dan diawasi secara ketat dengan sistem monitoring yang mengikuti standar keselamatan pemerintah.

Laporan : Dian Pribadi


SPONSOR
Lebih baru Lebih lama
SPONSOR