Bogor - Beredar spekulasi dikalangan masyarakat, Star Energy Geothermal Salak (SEGS) jadi sumber bencana gempa. Mereka menduga bahwa aktivitas pengeboran (Drilling) uap panas bumi di kaki Gunung Salak menjadi penyebab seringnya gempa bumi di wilayah mereka.
Salah satu warga Kampung Cianten Desa Purasari, Leuwiliang, Bogor, Hasan, dikutip dari media online Bogortoday, menyatakan bahwa getaran gempa hampir selalu terjadi menjelang akhir tahun dengan pola berulang setiap tahunnya.
Meskipun penyebab pastinya belum jelas, masyarakat kerap menyoroti aktivitas perusahaan SEGS yang beroperasi di sekitar kawasan tersebut.
"Dugaan aktivitas pengeboran perusahaan Star Energy di kaki Gunung Salak. Gejala Getaran gempa yang berulang setiap tahun menjelang akhir tahun," ungkap Hasan, Senin (22/09/2025).
Warga masih menunggu klarifikasi resmi dari perusahaan terkait aktivitas pengeboran dan potensi dampaknya terhadap kejadian gempa bumi di wilayah tersebut.
Menanggapi keresahan warga, pihak perusahaan Star Energy Geothermal Salak menyampaikan keprihatinannya sekaligus meluruskan informasi.
Humas Star Energy Geothermal, Asrul Maulana, menegaskan bahwa gempa bumi tersebut merupakan kejadian alam yang dipicu oleh sesar aktif, bukan akibat aktivitas pengeboran panas bumi.
"Kami memahami adanya kekhawatiran masyarakat terkait rangkaian gempabumi yang terjadi di wilayah Bogor–Sukabumi pada 20–21 September 2025, yang dikaitkan dengan aktivitas operasional di Lapangan Salak.
Berdasarkan informasi resmi dari BMKG, gempa tersebut merupakan kejadian alam berupa aktivitas tektonik dangkal dan tidak terkait dengan aktivitas vulkanik maupun kegiatan manusia," ucap Humas SEGS, Asrul Maulana.
Menurutnya, operasi panas bumi di Lapangan Salak berjalan normal dan diawasi secara ketat dengan sistem monitoring yang mengikuti standar keselamatan pemerintah.
"Kami menyampaikan empati yang mendalam kepada masyarakat terdampak dan akan terus berkoordinasi dengan Forkompimcam, BPBD, dan tokoh masyarakat untuk memastikan informasi yang akurat serta mengkaji bentuk dukungan yang bisa diberikan sesuai kebutuhan lapangan.
Kami mengimbau masyarakat tetap tenang, waspada, dan hanya merujuk pada informasi resmi BMKG dan pihak berwenang serta menghindari spekukasi yang tidak akurat," pungkasnya.
Laporan : Dian Pribadi